LAPORAN
AKHIR
PRAKTIKUM
FISIOLOGI TERNAK
DARAH
OLEH :
KELAS E
KELOMPOK 1
ALISA
YANUAR 200110140084
RANDY
ISWANSYAH 200110140086
MUHAMMAD
RIFALDI 200110140186
FARID
ARDIANTO 200110140286
NADYA
ROBIATUL A 200110140295
TIARA
ANDAMSURI 200110140398
TANGGAL
PRAKTIKUM : 21 dan 28 OKTOBER 2015
LABORATORIUM FISIOLOGI TERNAK DAN BIOKIMIA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
RUPA DARAH
MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK SEBELUM DAN SESUDAH HEMOLISIS DAN MENENTUKAN
TAHANAN OSMOTIK SEL-SEL DARAH MERAH
I
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA
1.1
ALAT
1.1.1
Rupa
Darah Makroskopik Dan Mikroskopik Sebelum Dan Sesudah Hemolisis
1. Tabung
reaksi 3 buah
2. Pipet
tetes 3 buah
3. Gelas
objek 3 buah
4. Mikroskop 1 buah
5. Cover
glass 3 buah
1.1.2
Menentukan
Tahanan Osmotic Sel-Sel Darah Merah
1. Tabung
reaksi 9 buah
2. Rak
tabung 1 buah
3. Pipet
tetes 1 ml 5 buah
4. Gelas
objek 5 buah
5. Mikroskop 1 buah
6. Cover
glass 5 buah
1.1.3
Penentuan
Waktu Pendarahan
1. Jarum
franke 1 buah
2. Kapas secukupnya
3. Kertas
secukupnya
4. Stopwatch 1 buah
1.1.4
Penentuan
Waktu Beku Darah
1. Jarum
franke 1 buah
2. Kapas secupuknya
3. Mikro
kapiler biru 1 buah
4. Stopwatch 1 buah
1.1.5
Penentuan
kadar hemoglobin
1. Hemometer
ahli 1 set
2. Batang
pengaduk 1 buah
3. Pipet
tetes 1 buah
4. Kertas
hidup 1 buah
5. Buku
standart tallquist 1 buah
Adam
1.1.6
Penentuan
nilai hematokrit
1. Mikro
kapiler merah 1 buah
2. Sentifuge 1 buah
3. Kertas
standard ukur 1 buah
Mikro hamatokrit
1.1.7
Menghitung
Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)
1. Haemocytometer 1 set
2. Kertas
hisap 1 buah
3. Kapas secukupnya
4. Mikroskop 1 buah
5. Batang
pengaduk 1 buah
6. Pipet
tetes 2 buah
7. Kamar
hitung 1 buah
1.1.8
Menghitung
Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)
1. Haemocytometer 1 set
2. Kapas
hisap 1 buah
3. Kapas
secukupnya
4. Mikroskop 1 buah
5. Pipet
tetes 2 buah
6. Batang
pengaduk 1 buah
7. Kamar
hitung 1 buah
Improved
neubauer
1.2
BAHAN
1.2.1
Rupa
Darah Makroskopik Dan Mikroskopik Sebelum Dan Sesudah Hemolisis
1. Darah
secukupnya
2. Aquadest 2 cc
3. NaCl
pekat (3%) 2 cc
1.2.2
Menentukan
Tahanan Osmetik Sel-Sel Darah Merah
1. Darah
domba secukupnya
2. Aquadest/
NaCl 0 % secukupnya
3. Larutan
NaCl 3% secukupnya
4. Larutan
NaCl 0,5 % secukupnya
5. Larutan
NaCl 0,9 % secukupnya
6. Larutan
NaCl 1 % secukupnya
7. Gelas objek 5
buah
8. Mikroskop 1
buah
9. Pipet tetes 5
buah
1.2.3
Penentuan
Waktu Perdarahan
Sampel darah secukupnya
1.2.4
Penentuan
Waktu Beku Darah
Sampel darah secukupnya
1.2.5
Penentuan
Kadar Hemoglobin
1. Aquadest
secukupnya
2. HCl
N/10 secukupnya
3. Darah domba secukupnya
1.2.6
Penentuan
Nilai Hematokrit
1. Sampel
darah itik secukupnya
1.2.7
Menghitung
Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)
1. Darah
ayam secukupnya
2. Larutan hayem secukupnya
1.2.8
Menghitung
Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)
1. Darah
ayam secukupnya
2. Larutan
turk secukupnya
1.3
Prosedur Kerja
1.3.1
Rupa
Darah Makroskopik Dan Mikroskopik Sebelum Dan Sesudah Hemolisis
a. Langkah Pertama
1. Sediakan
3 buah tabung reaksi A, B, dan C
2.
Tuangkan 5 tetes
darah yang telah dibebaskan dari fibrin
3. -
Tabung A tambahkan 2 cc aquades
- Tabung B tambahkan 2 cc
larutan NaCl pekat (3%)
- Tabung C biarkan seperti
semula
4.
Tuangkan beberapa
tetes dari setiap tabung A, B, C pada gelas objek
5.
Perhatikan pada
cahaya tembus dengan dasar putih yang ada hurufnya
6. Buat
gambar tinjauan mikroskopiknya dari setiap objek A, B, dan C
- Langkah kedua
1.
Pada tabung A tambahkan 2 cc larutan
NaCl (3%)
2.
Pada tabung B tambahkan 2 cc aquades
3. a.
Perhatikan kedua larutan tersebut, samakah sifat tembus cahayanya? (ingat dalam volume yang sama antara aquades
dan NaCl
b. Periksa keadaan tersebut di atas
dengan jalan membuat preparat mikroskopik dari kedua tabung tersebut.
Berubahkah darah itu secara mikroskopik dan makroskopik? Terangkan sejauh
pengetahuan saudara!
c. Gambaran tinjauan mikroskopiknya
A………………(A + 5cc
NaCl 3%)
B………………(B
+ 5cc air)
1.3.2
Menentukan
Tahanan Osmetik Sel-Sel Darah Merah
1. Sediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Buat larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9% , 1%, dan 3%.
3. Isilah tiap-tiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 cc
4. Teteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam tiap
tabung. Campurkanlah secara hati-hati. Biarkan selama 30 menit.
5. Lihat dalam tabung yang mana mulai terlihat lapisan
bening di lapisan atas.
6. Teteskan pada gelas objek (lakukan dari setiap tabung)
lihat di bawah mikroskop. Gambar dan beri penjelasan bila ada perubahan yang
saudara lihat!
1.3.3
Penentuan
Waktu Pendarahan
1. Tusuklah
ujung jari, catatlah dengan tepat waktu saat darah pertama keluar
2. Isaplah
tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi.
3. Catat
waktunya
1.3.4
Penentuan
Waktu Beku Darah
1. Tusuklah ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke
dalam mikro kapiler yang tidak berheparin (pipet warna biru). Catatlah dengan
tepat saat tetes darah masuk ke dalam kapiler!
2. Genggamlah pipet mikrokapiler tadi dalam tangan saudara
selama 5 menit. Setelah itu patahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut
setiap 1 menit sampai terbentuk benang fibrin pada patahannya.
3. Catat waktu pada saat terjadi benang fibirin. Waktu
antara penggisapan darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang
fibrin adalah waktu pembekuan.
1.3.5
Penentuan
Kadar Hemoglobin
a.
Metode
Hematin Asam Dengan Hemometer Sahli
1. Bersihkan
dan keringkan tabung hemometer
2. Isi
tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas
3. Isap
darah sampel dengan pipet tetes hemometer samapai tanda garis 20mm3
4. Tuangkan
darah ke dalam tabung hemometer
5. Campurkan
(aduk) dengan alat pengaduk yang tersedia (darah akan terlihat coklat tua). Hal
ini menunjukkan adanya hemolisis
6. Tambahkan
aquades tetes demi tetes sambil diaduk terus sampai warna sampel sama dengan
warna standard
7. Baca
tinggi meniscus (permukaan) airan dalam tabung (satuan Hb=Gr%)
b.
Metode
Tallquist
1. Ambil
contoh darah dengan pipet tetes
2. Teteskan
darah pada kertas isap yang telah tersdia, kemudian keringkan
3. Bandingkan
bercak/tetesan darah dengan warna standard yang ada pada buku standart
tallquist adam
4. Tentukan
dan baca kadar Hb-nya
1.3.6
Penentuan
Nilai Hematokrit
1. Masukkan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah
mengandung anti koagulan (mikro kapiler warna merah). Tutuplah salah satu
kapiler dengan kristoseal
2. Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut
dipusing menggunakan centrifuge 3000 rpm selama 15 menit.
3. Setelah disentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel
darah dan plasmanya, bacalah volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam
kapiler dengan alat pembaca mikrokapiler (micro
capillary reader) Hitunglah nilai hematokrit
Nilai hematokrit =
1.3.7
Menghitung
Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)
1. Ambil
darah dengan cara menusuk bagian dipilih (dari
sayap ayam) Jangan lupa memakai desinfekan untuk
membersihkan bagian yang akan diambil darahnya.
2. Isaplah
darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang berbatu merah
sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai darah membeku di dalam
pipet.
3. Encerkan
darah dalam pipet dengan menghisap larutan hayem sampai tanda 101, dengan
demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak 100 kali.
4. Kocoklah
pipet tersebut secara horizontal (lihat yang dicontohkan asisten). Hal ini
untuk mencegah tercampurnya larutan hayem dalam kapiler.
5. Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15
menit
6. Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet
7. Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian
tutup dengan gelas penutup
8. Lihat di bawah mikroskop, hitunglah butir-butir eritrosit
yang berada di dalam kotak-kotak kecil. Untuk menghitung jumlah eritrosit
hitunglah sebanyak 40 kotak.
1.3.8
Menghitung
Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)
1. Darah
dihisap sampai tanda 1, kemudian diencerkan dengan larutan TURK sampai tanda
11. Ini berarti pengenceran 10 kali. Melakukan pengocokan (sama seperti pada
eritrosit)
2. Setelah
dihomogenkan dengan memutar seperti angka delapan dan dibiarkan 15 menit,
kemudian teteskan ke dalam kamar hitung
3. Menghitung
menggunakan mikroskop, butir-butir darah putih yang terdapat di dalam
kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotak.
4. Catatan
: lihat catatan cara menghitung eritrosit.
1.4
Tujuan
1.4.1
Rupa
Darah Makroskopik Dan Mikroskopik Sebelum Dan Sesudah Hemolisis
a.
Untuk mengetahui sifat
darah secara makroskopis saat sebelum dan sesudah hemolisis
b.
Untuk mengetahui rupa
darah secara mikroskopis saat sebelum dan sesudah hemolisis
1.4.2
Menentukan
Tahanan Osmetik Sel-Sel Darah Merah
Untuk
mengetahui ketahan sel darah terhadap cairan NaCl dengan konsentrasi berbeda
1.4.3
Penentuan
Waktu Pendarahan
untuk
mengetahui waktu pendarahan yang diperlukan seseorang
1.4.4
Penentuan
Waktu Beku Darah
Untuk
mengetahui waktu pembekuan darah seseorang
1.4.5
Penentuan
Kadar Hemoglobin
Untuk
mengetahui kadar haemoglobin dalam darah
1.4.6
Penentuan
Nilai Hematokrit
Untuk
mengetahui nilai kadar eritrosit darah
1.4.7
Menghitung
Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)
Untuk
mengetahui jumlah eritrosit dalam darah
1.4.8
Menghitung
Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)
Untuk
mengetahui jumlah leukosit dalam darah
II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Rupa Darah Makroskopik dan Mikroskopik Sebelum dan
Sesudah Hemolisis
|
||||||||||||
Hasil pengamatan
makroskopik darah
1.
![]()
![]() |
||||||||||||
2.
![]()
![]() |
||||||||||||
3.
![]()
![]() |
||||||||||||
Hasil pengamatan
mikroskopik darah
1.
![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
|
||||||||||||
2.
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
||||||||||||
3.
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
||||||||||||
2.2 Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah
|
||||||||||||
Gambar hasil pengamatan tahanan osmotik darah
1.
NaCl 0% + darah
|
||||||||||||
2.
NaCl 0,6 % + darah
|
||||||||||||
3.
NaCl 0,9 % + darah
|
||||||||||||
4.
NaCl 3% + darah
|
||||||||||||
2.3 Penentuan Kadar Hemoglobin (Hb), Nilai Hematokrit,
Waktu Perdarahan, dan Waktu Pembekuan
|
No
|
Nama
|
Umur
|
Sex
|
BB (kg)
|
WP
|
WB
|
Hb Tq
|
|
1
|
Alisa
|
19
|
Pr
|
49
|
17“
|
5‘ 42“
|
50%
|
|
2
|
Andhika
|
19
|
Lk
|
73
|
17“
|
7‘
|
90%
|
|
3
|
Widya
|
19
|
Pr
|
65
|
20“
|
17‘
|
60%
|
|
4
|
Yuliani
|
20
|
Pr
|
47
|
32“
|
12‘
|
60%
|
|
5
|
Saiful
|
19
|
Lk
|
52
|
19“
|
6‘
|
70%
|
|
6
|
Wiendy
|
19
|
Pr
|
47
|
30“
|
4‘15“
|
40%
|
|
7
|
Dandi
|
20
|
Lk
|
50
|
13“
|
9‘31“
|
90%
|
|
8
|
Dedi
|
19
|
Lk
|
48
|
143“
|
5‘
|
40%
|
|
9
|
Saddam
|
19
|
Lk
|
56
|
37“
|
5‘
|
60%
|
|
10
|
Nurul
|
18
|
Pr
|
43
|
19"
|
5‘
|
70%
|
|
2.4 Penentuan Kadar
Hemoglobin Dan Nilai Hematokrit (Itik Cihateup)
|
||||||||
No
|
Hb Sahli (g/dl)
|
Hematokrit (%)
|
||||||
1
|
18,2
|
38
|
||||||
2
|
16,2
|
40,32
|
||||||
3
|
18,4
|
38,46
|
||||||
4
|
18,5
|
39
|
||||||
5
|
13,7
|
39,4
|
||||||
6
|
17,8
|
10
|
||||||
7
|
18,1
|
40
|
||||||
8
|
16,8
|
39,1
|
||||||
9
|
8,1
|
40,6
|
||||||
10
|
5,29
|
44
|
||||||
2.5 Menghitung
Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil Perhitungan :
Jumlah total = 201 butir
Jumlah sel darah putih dalam 1mm3 = 100x100x201
= 2.010.000 butir
|
2.6 Menghitung Jumlah Leukosit (Sel Darah
Putih)
|
||||||||||||||||||||||||||
Hasil Perhitungan :
Jumlah total = 370 butir
Jumlah sel darah putih dalam 1mm3 = 10x10x370 =
37000 butir
|
III
PEMBAHASAN
3.1
Rupa Darah
Makroskopik dan Mikroskopik Sebelum dan Sesudah Hemolisis
Sifat darah secara makroskopis
adalah tidak tembus cahaya, hal ini dikarenakan sifat dari eritrosit yang
membawa sifat seperti cat penutup. Dalam percobaan terdapat tiga tabung darah
yang diamati, yaitu tabung A degan sampel yang dicampur aquades 2 cc hasil
pengamatannya adalah tembus cahaya, Tabung B dengan sampel darah dicampur NaCl
3% 2 cc hasil pengamatannya adalah tidak tembus cahaya, dan tabung C dengan
sampel darah yang tidak dicampurkan
apapun. Sifat makroskopisnya adalah tidak tembus cahaya.
Pada tabung C tidak tembus
cahaya karena berisi darah murni, sesuai dengan literatur yang memang sifatnya
tidak dapat tembus cahaya. Pada tabung B
juga tidak tembus cahaya karena secara mikroskopis sel darah mengalami krenasi
atau berkerut karena sel mengalami hipertonik namun tidak rusak sehingga tetap
tidak bisa ditembus cahaya. Berbeda hal dengan tabung A yang dapat tembus
cahaya karena penambahan aquades tersebut menyebabkan sel darah terlalu
mengalami hipotonis sehingga sel darah pecah, haemoglobin keluar dari sel atau
dinamakan dengan hemolisis. Sehingga sifat optik darah menjadi tidak berlaku.
Pada perlakuan selanjutnya
adalah untuk mengamati apakah bentuk sel kembali ke semula jika dicampurkan
agar keadaan cairan di netralkan kembali. Pada tabung A yang telah dicampurkan
dengan aquades yang menyebabkan keadaan hipotonis diberikan NaCl 3% untuk
mengembalikan ke keadaan isotonik. Setelah diamati secara makroskopik sifat
optik darah tetap tembus cahaya dan secara mikroskopik sel darah tetap rusak
karena sudah mengalami hemolisis artinya sel tidak dapat kembali ke keadaan
semula. Pada tabung B yang telah dicampurkan NaCl 3% sehingga mengalami keadaan
hipertonik ditambahkan aquades supaya kembali isotonik. Setelah diamati secara
makroskopis sifat optik darah tetap tidak tembus cahaya dan diamati secara
mikroskopis ternyata bentuk sel yang awalnya krenasi mengalami perubahan
menjadi sedikit mengembang hampir seperti kembali ke bentuk semula tetapi tidak
bulat sempurna.
3.2
Menentukan Tahanan
Osmotik Sel-Sel Darah Merah
Keseimbangan
tubuh tercapai ketika tekanan osmotik cairan ekstraseluler sama dengan cairan
intraseluler. Dalam percobaan terdapat 4 tabung darah yang diamati, yaitu merupakan
larutan isotonis karena konsentrasinya sama dengan darah di dalam tubuh.
Pada darah yang dicampur dengan NaCl 0%
hasilnya adalah bentuk sel darah sudah tidak terbentuk karena mengalami
hemolisis karena pecah akibat terlalu mengembang dan yang dicampur dengan NaCl
0,6% bentuk sel darahnya adalah menggembung. Pada kedua fenomena tersebut
terjadi karena sel mengalami hipotonis. Hipotonik adalah suatu keadaan dimana
tekanan osmotik di luar sel lebih kecil dari pada di dalam sel dan kelebihan
kandungan air di luar sel menyebabkan tekanan di dalam sel lebih besar.
Sehingga untuk mencapai keseimbangan, air berlebih di luar sel masuk ke dalam
sel sampai sel menggembung. Jika konsentrasi air terlalu banyak maka sel darah
yang tidak dapat menampung lagi air akan pecah atau mengalami hemolisis dimana
haemoglobin keluar dari sel dan terdapat dalam plasma. Pada darah yang dicampur
dengan NaCl 3% bentuk sel darahnya mengkerut atau krenasi. Hal ini dikarenakan
NaCl 3% merupakan larutan hipertonik. Hipertonis adalah suatu keadaan dimana
tekanan osmotik di luar sel lebih besar dari dalam sel sehingga untuk mencapai
keseimbangan, air dari dalam sel keluar sampai sel berkerut atau krenasi.
3.3
Penentuan Kadar Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin
merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang
memberi warna merah pada darah.
Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Sel darah merah di dalam tubuh dibuat dalam
sum-sum tulang merah, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar di dalam tubuh
selama 14 - 15 hari, setelah itu mati (Syaifudin, 2006). Dalam praktikum ini
menggunakan 2 Metode yaitu metode hematin asam dengan hernometer sahli dan
metode tallquist.
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan
hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan
dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan
sampel dengan warna coklat muda atau batang gelas standar. Menurut (R. Gandasoebrata, 1989) kadar
Hb normal Pada dewasa
(Pria) : 13.2 - 17.3 gr/dl dan pada dewasa (Wanita) : 11.7 -
15.5 gr/dl maka berdasarkan hasil
pengamatan hanya ada 3 orang pria dewasa yang memiliki Hb yang normal dan 7
orang lainnya tidak memenuhi ketentuan, hal ini mungkin karena warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna
standar dengan mata telanjang, penyinaran, ketajaman dan sebagainya sehingga dapat
mempengaruhi hasil pembacaan pada saat mengamati.
Pada
metode tallquist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala
warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah
tua.. Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai
dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml darah. Cara ini
tidak teliti dan hanya dipergunakan untuk mengetahui kekurangan Hb secara kasar
saja. Pada pengamatan hasil yang diperoleh tes hemoglobin darah manusia yang di
bandingkan dengan standart tallquist adam menunjukkan darah dengan kadar
hemoglobin (Hb) yang normal dengan kadar 50% dan 7,8 gms yang merupakan darah
praktikan (Alisa).
3.4
Penentuan Nilai Hematokrit
Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan diketahui bahwa nilai hematokrit dari masing-masing kelompok adalah :
1. Kelompok
1 : 38%
2. Kelompok
2 : 40,32%
3. Kelompok
3 : 38,46%
4. Kelompok
4 : 39%
5. Kelompok
5 : 39,4%
6. Kelompok
6 : 40%
7. Kelompok
7 : 40%
8. Kelompok
8 : 39,1%
9. Kelompok
9 : 40,6%
10. Kelompok
10 : 44%
Berdasarkan
hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa nilai hematokrit pada percobaan di
atas tidak jauh berbeda dari nilai hematokrit normal, meskipun masih ada juga
yang masih berbeda lumayan jauh. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson
(1992), yang menyatakan bahwa nilai hematokrit normal pada laki-laki adalah 42%
dan pada wanita 38%. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah
jenis kelamin, spesies, jumlah sel darah merah dimana jumlah sel darah merah
pada pria lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita, apabila jumlah sel
darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai hematokrit juga akan
mengalami peningkatan, aktivitas dan keadaan pagositosia. Hal ini sesuai dengan
pendapat Frandson(1990), bahwa ketinggian tempat juga mempengaruhi nilai
hematokrit, karena pada tempat yang tinggi seperti pegunungan kadar oksigen
dalam udara berkurang sehingga oksigen yang masuk kedalam paru-paru berkurang,
oleh karena itu supaya terjadi keseimbangan maka sumsum tulang belakang
memproduksi sel-sel darah merah dalam jumlah yang banyak. Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium
sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium (Schmidt, 1997).
3.5 Penentuan Waktu
Perdarahan
Pemeriksaan
waktu perdarahan ini untuk mengetahui lamanya tubuh untuk menghentikan
perdarahan tiba-tiba. Pemeriksaan ini mengukur kemampuan hemostasis dan
koagulasi, fungsi pembuluh kapiler dan trombosit. Menurut Guyton (1989) kisaran waktu pendarahan
yang normal untuk manusia adalah 15-120 detik. Berdasarkan hasil pengamatan
hampir semua orang memiliki waktu perdarahan yang normal karena berada dalam
jangka waktu 15-120 detik hanya satu orang yang memiliki waktu perdarahan lebih
singkat dari 15 detik yaitu 13 detik karena rentang waktunya juga tidak terlalu
jauh kemungkinan orang tersebut memang memiliki kemampuan hemostasis yang lebih
cepat.
3.6 Penentuan Waktu
Pembekuan
Pemeriksaan waktu pembekuan darah ini dihitung mulai saat darah keluar
sampai pendarahan terhenti. Proses
pembekuan ini akan berakhir jika benang-benang fibrin telah terbentuk. Jadi kita menghitung waktu pada saat darah keluar hingga benang-benang fibrin
terlihat. Darah normal membeku dalam 4 – 8 menit (Aida,2006). Pada percobaan
tersebut didapat waktu rata-rata pembekuan darah masing-masing individu yaitu 4
– 8 menit hanya ada tiga orang yang memiliki waktu pembekuan yang lama atau tidak sesuai yaitu 17 menit, 12 menit
dan 9 menit 31 detik. Lamanya waktu pembekuan darah ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, jumlah trombosit, ada tidaknya ion kalsium dalam
darah, adanya enzim trombokinase, dan besar kecilnya pembuluh darah yang terluka
atau rusak. Dalam pembekuan darah, trombokinase berfungsi untuk mengubah
protrombin menjadi trombin dengan bantuan ion kalsium (Ca2+) dalam
darah. Kemudian trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Dengan
terbentuknya fibrin tersebut maka darah sudah menggumpal dan menutup luka
sehingga darah berhenti keluar. Trombokinase tersebut hanya terbentuk apabila
ada trombosit yang pecah atau rusak saja (Frandson, 1992).
3.7 Menghitung Jumlah
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Pada percobban
ini praktikan akan menghitung jumlah eritrosit pada darah yam. Menghitung
jumlah eritrosit yang terkandung dalam darah memang bukan suatu hal yang mudah
karena sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah berukuran sangat kecil
sehingga dibutuhkan seperangkat alat yang dinamakan dengan Haemocytometer
dengan bantuan mikroskop. Dalam
proses penghitungan sel-sel darah merah dibutuhkan juga ketelitian dan
konsisten dalam cara menghitung. Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di
dalam kamar hitung yang bersakala atau berukuran kecil dengan jumlah 40 buah.
Dari
percobaan menghitung jumlah eritrosit dapat diketahui jumlah eritrosit sel
darah ayam berjumlah 2.010.000 buah
eritrosit. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah eritrosit pada ayam tidak normal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1999) yang menyatakan bahwa
jumlah normal eritrosit pada ayam betina dapat berada dibawah standar atau
diatas standar. Jumlah normal eritrosit pada ayam adalah berkisar 2.300.000 –
4.000.000 buah eritrosit per millimeter kubik. Faktor yang mempengaruhi jumlah
eritrosit adalah aktifitas ternak, umur dan bangsa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anward (1981) bahwa aktifitas ternak mempengaruhi jumlah eritrosit,
ternak yang dibiarkan lepas, eritrositnya akan berada dalam keadaan normal
karena proses pembentukan darahnya berlangsung normal, sedangkan ternak yang
terus menerus didalam kandang, jumlah eritrositnya akan lebih rendah karena
tidak optimal, sehingga jumlah eritrositnya pun mengalami penurunan. Faktor
lain yang mempengaruhi jumlah eritrositnya adalah status gizi dan jenis
kelamin. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa
status gizi berpengaruh terhadap jumlah eritrosit pada ternak, karena secara
tidak langsung bila gizi pakan yang diberikan tidak terjaga, maka eritrosit
akan berada dalam keadaan menurun, jenis kelamin pun juga menentukan jumlah
eritrosit dalam darah ayam, menurut penelitian yang telah dilakukan para ahli
disimpulkan bahwa jumlah eritrosit pada ayam jantan lebih tinggi dari pada ayam
betina.
Selain itu kesalahan juga dapat terjadi pada saat
praktikum mulai dari kesalahan alat yang kurang baik, maupun dari praktikan seperti kurang homogen saat
pengocokan, kesalahan mata saat melihat alat dll.
3.8 Menghitung Jumlah
Leukosit (Sel Darah Putih)
Leukosit
merupakan sel darah merah yang mengandung
inti atau disebut juga sel darah putih. Jumlah leukosit tergantung pada
jenis tiap individu dan meningkat pada kondisi tertentu seperti stress, umur,
serta aktivitas fisiologisnya. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler
dan humoral organisme terhadap zat-zat asing. Sehingga apabila hewan mengandung
leukosit yang banyak, maka dapat disimpulkan bahwa hewan tersebut sedang masa
pengobatan dalam penyembuhan dari suatu infeksi penyakit. Sedangkan penurunan
jumlah leukosit dapat terjadi karena keracunan bakteri, infeksi usus, maupun
kehamilan.
Banyak dan sedikitnya jumlah dari leukosit juga di pengaruhi oleh jumlah
eritrosit pada suatu hewan. Menurut Bevelander dan Judith (1979). Besarnya
jumlah leukosit selalu dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, dimana jumlah
leukosit selalu lebih rendah daripada jumlah eritosit
Dari praktikum
yang dilakukan, yaitu menghitung jumlah leukosit menggunakan sampel darah ayam
di dapatkan jumlah leukosit dalam 1mm3 adalah 37.000 butir. Menurut
Dukes (1995) jumlah leukosit pada ayam berkisar antara 16.000-40.000 sel/mm3.
Sehingga jumlah sel leukosit yang kami hitung normal.
IV
KESIMPULAN
Ø Rupa darah secara
maskroskopis dan mikroskopis darah dipengaruhi oleh cairan yang masuk kedalam darah dan
menyebabkan sel darah mengalami krenasi atau mengembang.
Ø Bentuk sel darah merah
dipengaruhi oleh tahanan osmotik sel-sel darah merah.
Ø Jumlah hemoglobin darah
itik Cihateup umur 4 bulan adalah 18,2 g/dl merupakan jumlah yang sedikit melebihi batas normal, sedangkan jumlah
hemoglobin darah alisa (sample praktikan) adalah 50%
dan 7,8 gms merupakan jumlah yang normal,
Ø Rata-rata
nilai hematokrit pada darah sampel dari kelompok 1-10
yang didapatkan merupakan nilai yang normal. Nilai yang didapat yaitu anta
38-44%
Ø Dilihat dari
data semua kelompok waktu perdarahan sampel yang ada adalah normal dan terdapat
3 sampel yang terlalu lama. Lamanya waktu
pembekuan darah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jumlah
trombosit, ada tidaknya ion kalsium dalam darah, adanya enzim trombokinase, dan
besar kecilnya pembuluh darah yang terluka atau rusak.
Ø Rata-rata waktu beku
darah sampel dari 10 kelompok adalah normal hanya beberapa sampel yang terlalu
lama dan 1 sampel yang cepat.
Ø Jumlah
eritrosit sel darah ayam jantan berjumlah 2.010.000 sel/mm3
merupakan jumlah yang dibawah normal. Kesalahan dapat terjadi dari pemeliharaan
maupun pada saat praktikum
Ø Jumlah
leukosit pada sampel ayam jantan adalah 37.000 sel/mm3 merupakan
jumlah yang normal.
DAFTAR
PUSTAKA
Adam,
Syamsunir. 1992. Dasar-dasar mikrobiologi
dan Parasitologi untuk Perawat .Jakarta:
EGC
Aida, Yuniarti, 2006, Petunjuk
Praktikum Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi UAJY,Yogyakarta.
Anward.
1981. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Gramedia , Jakarta
Bavelender,G.A.
dan A.R.Judith.1979.Dasar-dasar Histologi
Edisi 8. Erlangga, Jakarta
Dellman,H
dan Brown. 1999. Avian Physiology.
Terjemahan Hartono. Universitas
Indonesia press, Jakarta
Dukes,H.H.1995.The Phisiology of Domestic Animals.Constock
Publishing Associates, New York
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Edisi keempat. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Gandosoebrata,
R. 1969. Penuntun Laboratorium
Klinik . Jakarta : Dian Rakyat
Poedjiadi,anna.1994.
Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta
:universitas Indonesia press
Schmid, K. and Friends. 1997. Animal Physiology: Adaptation and Environment. USA:Cambridge University Press.
Soeharsono.2011.Fisiologi
Ternak.Bandung :widya padjadjaran
Syaifudin.
2006, Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan, Edisi 3, Penerbit
Buku KewdsokteranEGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar